Definisi:
Computational thinking adalah cara berpikir untuk menyelesaikan masalah dengan cara menguraikannya menjadi beberapa tahapan yang efektif, efisien, dan menyeluruh. Tahapan-tahapan tersebut meliputi:
- Decomposition: memecah masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan mudah ditangani
- Pattern recognition: mencari kesamaan dan perbedaan antara bagian-bagian masalah dan menemukan pola yang dapat digunakan kembali
- Abstraction: mengabaikan detail yang tidak penting dan fokus pada hal-hal yang relevan untuk masalah
- Algorithms: membuat langkah-langkah sistematis dan logis untuk menyelesaikan masalah atau bagian-bagian dari masalah
Computational thinking dapat digunakan untuk berbagai bidang dan situasi, tidak hanya terbatas pada ilmu komputer.
Tujuan:
Tujuan dari Computational thinking adalah untuk membuat proses pemecahan masalah menjadi lebih mudah, cepat, dan akurat.
Sejarah Computational Thinking
Computational thinking pertama kali diperkenalkan oleh Seymour Papert pada tahun 1980 dan 1996. Papert adalah seorang ahli matematika dan ilmu komputer yang juga menciptakan bahasa pemrograman Logo untuk anak-anak.
Computational thinking kemudian menjadi lebih populer setelah Jeannette Wing, seorang profesor ilmu komputer di Carnegie Mellon University, menulis sebuah artikel berjudul “Computational Thinking” pada tahun 2006. Wing berpendapat bahwa Computational thinking adalah keterampilan penting yang harus dimiliki oleh semua orang, tidak hanya oleh ilmuwan komputer.
Pada tahun 2014, pemerintah Inggris mulai memasukkan materi pemrograman ke dalam kurikulum sekolah dasar hingga sekolah menengah sebagai bagian dari pengajaran Computational thinking. Di Indonesia, mata pelajaran informatika juga resmi masuk ke dalam struktur kurikulum 2013 melalui Permendikbud Nomor 35, 36 dan 37 pada tahun 2015.
Computational Thinking dalam kehidupan sehari-hari
Computational thinking dapat diterapkan dalam berbagai situasi kehidupan sehari-hari yang melibatkan pemecahan masalah. Berikut adalah beberapa contoh:
- Memasak mie instan: Anda harus menyiapkan bahan-bahan seperti mie, air, kompor dan panci. Kemudian Anda harus mengikuti langkah-langkah seperti merebus air, memasukkan mie dan bumbu, dan menunggu hingga matang. Ini adalah contoh dari dekomposisi (memecah masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil), pola pengenalan (mengidentifikasi kesamaan atau perbedaan antara bagian-bagian), abstraksi (menyederhanakan atau mengabaikan detail yang tidak penting), dan algoritma (menyusun serangkaian instruksi untuk mencapai tujuan).
- Menyusun jadwal belajar: Anda harus menentukan mata pelajaran yang akan dipelajari, waktu yang dibutuhkan untuk setiap mata pelajaran, prioritas atau urutan mata pelajaran, dan cara mengukur kemajuan belajar. Ini adalah contoh dari dekomposisi, pola pengenalan, abstraksi, dan algoritma.
- Membuat bubur ayam: Anda harus menyiapkan beras, air, kaldu ayam, daging ayam, dan bumbu-bumbu. Kemudian Anda harus memasak nasi hingga menjadi bubur dengan rice cooker atau panci biasa. Selanjutnya Anda harus merebus daging ayam hingga empuk dan mengirisnya menjadi potongan-potongan kecil. Terakhir Anda harus menyajikan bubur dengan daging ayam dan bumbu-bumbu sesuai selera. Ini juga adalah contoh dari dekomposisi, pola pengenalan, abstraksi, dan algoritma.
Manfaat:
Computational thinking memiliki banyak manfaat yang dapat membantu Anda dalam berbagai aspek kehidupan. Berikut adalah beberapa manfaatnya:
- Mendorong kemampuan problem solving yang efektif. Anda dapat menguraikan masalah yang kompleks menjadi lebih sederhana dan menemukan solusi yang tepat dengan cara yang dapat dipahami oleh komputer, manusia, atau keduanya.
- Membantu melatih kreativitas. Anda dapat menciptakan solusi yang inovatif dan unik dengan menggunakan berbagai teknik seperti dekomposisi, pola pengenalan, abstraksi, dan algoritma.
- Membentuk pola pikir yang logis dan terstruktur. Anda dapat berpikir secara sistematis dan rasional dalam menghadapi masalah dan mengevaluasi solusi yang dihasilkan.
- Bekerja menjadi lebih profesional dan efisien. Anda dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja dengan menggunakan computational thinking dalam berbagai bidang seperti bisnis, pendidikan, seni, dll.
Penerapan Computational Thinking Dalam Pembelajaran Di Kelas:
Penggunaan computational thinking dalam pembelajaran di kelas dapat memberikan banyak manfaat bagi siswa dan guru. Berikut adalah beberapa manfaatnya:
- Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif. Siswa dapat belajar untuk memecahkan masalah yang kompleks dengan cara yang sistematis dan inovatif. Guru dapat merancang kegiatan pembelajaran yang menarik dan bermakna.
- Menyiapkan siswa untuk menghadapi tantangan di era digital. Siswa dapat mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan informasi. Guru dapat memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar yang tersedia secara online.
- Mendorong minat siswa terhadap ilmu komputer dan STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics). Siswa dapat melihat hubungan antara computational thinking dengan berbagai bidang ilmu lainnya. Guru dapat menstimulasi rasa ingin tahu dan keingintahuan siswa.
Untuk menerapkan computational thinking dalam pembelajaran di kelas, ada beberapa hal yang perlu dipahami oleh guru, seperti:
- Mengkonseptualisasikan, bukan pemrograman. Computational thinking bukan hanya tentang membuat kode komputer, tetapi tentang cara berpikir untuk mencari solusi.
- Keterampilan dasar, bukan keterampilan menghafal. Computational thinking tidak mengharuskan siswa untuk menghafal rumus atau sintaks tertentu, tetapi untuk memahami konsep-konsep dasarnya.
- Cara berpikir manusia, bukan komputer. Computational thinking tidak membuat siswa menjadi robotis atau mekanis, tetapi justru membantu mereka untuk berpikir secara logis dan terstruktur.
Penerapan computational thinking dalam pembelajaran kimia
Penerapan computational thinking dalam pembelajaran kimia dapat membantu siswa untuk memahami konsep-konsep kimia yang abstrak dan kompleks dengan cara yang lebih mudah dan menarik.
Berikut adalah beberapa contoh penerapannya:
- Menggunakan dekomposisi untuk memecah materi kimia menjadi unsur-unsur penyusunnya. Siswa dapat belajar tentang struktur atom, molekul, dan senyawa kimia dengan cara ini.
- Menggunakan pola pengenalan untuk mengidentifikasi sifat-sifat fisik dan kimia dari materi berdasarkan klasifikasinya. Siswa dapat belajar tentang sistem periodik unsur, ikatan kimia, dan reaksi kimia dengan cara ini.
- Menggunakan abstraksi untuk menyederhanakan informasi yang tidak relevan atau terlalu rumit. Siswa dapat belajar tentang notasi ilmiah, simbol kimia, dan persamaan kimia dengan cara ini.
- Menggunakan algoritma untuk menyusun langkah-langkah eksperimen atau perhitungan secara logis dan efisien. Siswa dapat belajar tentang metode ilmiah, hukum-hukum dasar kimia, dan stoikiometri dengan cara ini.